RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
- Pengertian Ranah Penilaian Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
-
RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
- Pengertian Ranah Penilaian Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
1. Pengertian Ranah Penilaian KognitifRanah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.b. Pemahaman (comprehension)Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan jelas.c. Penerapan (application)Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.d. Analisis (analysis)Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.e. Sintesis (syntesis)Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya.Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.- Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek kognitifNoTingkatanDeskripsi1PengetahuanArti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.Contoh kegiatan belajar:- Mengemukakan arti
- Menentukan lokasi
- Mendriskripsikan sesuatu
- Menceritakan apa yang terjadi
- Menguraikan apa yang terjadi
2PemahamanArti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan kesimpulanContoh kegiatan belajar:¨ Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri¨ Membedakan atau membandingkan¨ Mengintepretasi data¨ Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri¨ Menjelaskan gagasan pokok¨ Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri3AplikasiArti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hariContoh kegiatan:- Menghitung kebutuhan
- Melakukan percobaan
- Membuat peta
- Membuat model
- Merancang strategi
4AnalisisArtinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebutContoh kegiatan belajar:- Mengidentifikasi faktor penyebab
- Merumuskan masalah
- Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
- Membuat grafik
- Mengkaji ulang
5SintesisArtinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baruContoh kegiatan belajar:v Membuat desainv Menemukan solusi masalahv Menciptakan produksi baru,dst.6EvaluasiArti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaatContoh kegiatan belajar:Mempertahankan pendapatMembahas suatu kasusMemilih solusi yang lebih baikMenulis laporan,dst.- Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:1) Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.2) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.3) Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.4) Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.5) Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.6) Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-garis tegak lurus.B. Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif1. Pengertian Ranah Penilaian AfektifRanah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complexReceiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.2. Ciri-ciri Ranah Penilaian AfektifPemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.1) SikapSikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.2) MinatMenurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.Penilaian minat dapat digunakan untuk:· mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,· mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,· pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,· menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.3) Konsep DiriMenurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:· Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.· Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.· Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.· Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.· Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.4) NilaiNilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.5) MoralPiaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.Ranah afektif lain yang penting adalah:· Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.· Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.· Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.· Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek AfektifTingkatContoh kegiatan pembelajaranPenerimaan (Receiving)Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksiContoh kegiatan belajar :-sering mendengarkan musik– senang membaca puisi– senang mengerjakan soal matematik– ingin menonton sesuatu– senang menyanyikan laguResponsi (Responding)Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)Contoh kegiatan belajar :- mentaati aturan- mengerjakan tugas- mengungkapkan perasaan- menanggapi pendapat- meminta maaf atas kesalahan- mendamaikan orang yang bertengkar- menunjukkan empati- menulis puisi- melakukan renungan- melakukan introspeksiAcuan Nilai( Valuing)Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pastiTingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilaiContoh Kegiatan Belajar :- mengapresiasi seni
- menghargai peran
- menunjukkan perhatian
- menunjukkan alasan
- mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
- menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
- menjelaskan alasan senang membaca novel
OrganisasiArti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana2Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilaiContoh kegiatan belajar :- rajin, tepat waktu
- berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara independen
- objektif dalam memecahkan masalah
- mempertahankan pola hidup sehat
- menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan
- menyarankan pemecahan masalah HAM
- menilai kebiasaan konsumsi
- mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman
2. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian AfektifKompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatianMerespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturanMenghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilaiMengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilaiKarakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah7654321Saya senang balajar sejarahPelajaran sejarah bermanfaatPelajaran sejarah membosankanDst….Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah- Pelajaran sejarah bermanfaat
SSSTSSTS- Pelajaran sejarah sulit
- Tidak semua harus belajar sejarah
- Sekolah saya menyenangkan
Keterangan:SS : Sangat setujuS : SetujuTS : Tidak setujuSTS : Sangat tidak setujuContoh Lembar Penilaian Diri SiswaMinat MembacaNama Pembelajar:_____________________________NoDeskripsiYa/Tidak1Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain2Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca3Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya4Dst…………..- Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
- Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah;1) peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain;2) peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan3) peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat;4) peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat5) peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain6) peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain7) peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lain-lain.8) peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.- Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek PsikomotorikTingkatDeskripsiI. Gerakan RefleksArti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar.Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegangContoh kegiatan belajar:– mengupas mangga dengan pisau– memotong dahan bunga– menampilkan ekspresi yang berbeda– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa anginII Gerakan dasar (basic fundamental movements)Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebakContoh kegiatan belajar:- Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
- Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
- Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
- Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III.GerakanPersepsi(Perceptualobilities)Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptualContoh kegiatan belajar:¨ menangkap bola, mendrible bola¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan¨ memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi¨ membaca melihat terbangnya bola pingpong¨ melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri¨ menulis alfabet¨ mengulangi pola gerak tarian¨ memukul bola tenis, pingpong¨ membedakan bunyi beragam alat musik¨ membedakan suara berbagai binatang¨ mengulangi ritme lagu yang pernah didengar¨ membedakan berbagai tekstur dengan merabaIV.Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities)Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajarContoh kegiatan belajar:- menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu berlari jauh- mengangkat beban- menarik-mendorong- melakukan push-up- kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut- menari- melakukan senam- melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bolaV. gerakan terampil (Skilledmovements)Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)Contoh kegiatan belajar:- melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga
- menari, berdansa
- membuat kerajinan tangan
- menggergaji
- mengetik
- bermain piano
- memanah
- skating
- melakukan gerak akrobatik
- melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah dan kreatif(Non-discursive communicatio)Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan– gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah– gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peranContoh kegiatan belajar:- kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr- melakukan senam tingkat tinggi- bermain drama (acting)- keterampilan olahraga tingkat tinggi3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian PsikomotorAda beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi.Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.· Tes simulasiKegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.· Tes unjuk kerja (work sample)Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnyaTes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.Lembar observasiBeri Tanda (√)Nama SiswaMengerjakan Tugas (On-Task)Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)Catatan GuruDamarAyuDst…..Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating ScaleNama : …………………………………………….Kelas : …………………………………………….Petunjuk:Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah(1) bila dilakukan tapi tidak selesai( 0 = tidak ada usaha)NoAspek yang dinilaiSkor43211.Berdiri tegak menghadap penonton2.Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan3.Berbicara dengan kata-kata yang jelas4.Tidak mengulang-ulang pernyataan5.Berbicara cukup keras untuk didengar penontonKELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL URAIAN (ESSAY)Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.a. Kelebihan Test Essay yaitu:- Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
- Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
- Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
- Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.
- Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
- Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
b. Kelemahan Test Essay yaitu:- Sukar dinilai secara tepat.
- Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
- Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
- Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL PILIHAN GANDATes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Tes pilihan ganda adalah bentuk test yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.a. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:- Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
- Terstruktur dan petunjuknya jelas.
- Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
- Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
- Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan perhitungan nilainya, interaktif
b. Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:- Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
- Sulit menemukan pengacau
- Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
- Kurang menggambarkan sebuah proses
- Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
- Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah dipelajari
- Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.
KAIDAH PENULISAN SOAL1) Kaidah Penulisan Soal uraian· Soal sesuai indicator· Batas pertanyaan dan jawaban yang di harapkan sudah sesuai· Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah atau tingkat sekolah· Menggunakan kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian· Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal· Ada pedoman penskoranya· Table,gambar, grafik, peta atau yang sejenisnya disajikan dengn jelas dan terbaca· Rumusan kalimat soal komunikatif· Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku· Tidak menggunakan kata/uangkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian· Tidak menggunkan bahasa yang berlaku setempat/tabu· Rumusan soal tidak mengandung kata/uangkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa2) Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda· Soal harus sesuai dengan indicator· Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas· Pokok soal jangan member arah jawaban yang benar· Pokok soal sebaiknya tidak mengandung pertanyaan yang bersifat hegasi, apalagi negasi ganda· System soal sebaiknya bukan kalimat Tanya· Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna ganda· Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunkan untuk daerah lain atau nasional· Butir soal jangan bergantung pada soal sebelumnya· Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar· Pengecoh harus berfungsi· Pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi materi· Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama· Pilihan jawaban mengandung peryataan”semua pilihan jawaban di atas benar atau salah”· Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya· Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsiSOAL POLIHA GANDABerilah tanda silang (X) pada huruf A,B,C, atau D pada jawaban yang paling benar !1) al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yangA. PertamaB. KeduaC. KetigaD. Keempat2) ذَلِكَ اللْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى ... البقرةLanjutan ayat di atas…A. لِلْمُحْسِيْنَB. لِلْمُتَّقِيْنَC. لِلنَّاسِD. لِلْمُؤمِنِيْنَ3) Berdasarkan QS al-Baqarah ayat 185 al-Qur’an berfungsi sebagai…A. PeringatanB. PelajaranC. PetunjukD. Peenyelamat4) لاَ رَيْبَ فِيْهِ Terjemahanya….A. Tidak ada kesalahan didalam al-Qur’anB. Tidak ada kesulitan di dalam al-Qur’anC. Tidak ada keraguan di dalam al-Qur’anD. Tidak ada kelemahan di dalam al-Qur’an5)Potongan ayat yang mengandung makana tentang fungsi al-Qur’an pada ayat di atas adalah..A. مُبَارَكُB. أُنْزَلْنَاهُC. مُصَدِّقٌD. لِتُنْذِرَ6) Selaian berisi kisah-kisah umat terdahulu dalam al-Qur’an juga terdapat tamsil sebagai peringatan bagi manusia. Tamsil artinya …A. PerkataanB. PermasalahanC. PerdebatanD. Permisalan7) Petunjuk al-Qur’an ada yang bersifat mujmal ada juga yang bersifat tafsil. Mujmal maksudnya..A. GlobalB. TerperinciC. Tidak jelas maksudnyaD. Tidak bias difahami8) Dalam al-Qur’an banyak terkandung kisah-kisah umat masa lalu, tujuan utamanya untuk…A. Menambah pengetahuanB. Menghibur manusiaC. Menjadi ibrah dan peringatanD. Menakut-nakuti manusia9) Salah satu tokoh dalam kisah umat masa lau yang dapat dipetik pelajaran sebagai teladan yang baik…A. Kisah QarunB. Kisah Abu LahabC. Kisah QabilD. Kisah Luqman al-Hakim10) Tujuan utama di turunkanya al-Qur’an kepada umat manusia adalah…A. Agar manusia selamat dan bahagia di duniaB. Agar manusia selamat dunia dan akhiratC. Agar manusia tahu cara mencari rezekiD. Agar manusia mau membacanya tiap hariSOAL URAIAN1) Jelaskan keudukuan al-Qur’an dala Islam !2) Perhatikan ayat berikut!يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْ أَطِيْعُوْا ا اللَّهُ وَ أَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَ اُلِى لأَمْرِ مِنْكُمْa. Terjemahkan ayat tersebut !b. Jelaskan kata yang bergaris bawah pada ayat tersebut!3) Jelaskan fungsi al_qur’a sebagai petunjuk bagaimana !4) Jelaskan fungsi al_qur’a sebagai sumber pokok ajaran Islam!5) Jelaskan fungsi al_qur’a sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut !
1.
Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam
jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a.
Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
Adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali
tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
Salah satu
contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal
surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai
salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan
Agama Islam di sekolah.
b.
Pemahaman
(comprehension)
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu
contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:
Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar
dan jelas.
c.
Penerapan
(application)
Adalah
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu
contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
d.
Analisis
(analysis)
Adalah
kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta
didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari
di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e.
Sintesis
(syntesis)
Adalah
kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
f.
Penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation)
Adalah
merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu
contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang
berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang
akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada
akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan
perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Keenam jenjang berpikir ranah
kognitif bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang
lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya.
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
- Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara
hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta
didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman
peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri,
memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik
dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada
tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke
dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta
menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut
untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian
aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental
yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek
belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1)
Tingkat
pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta,
rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2)
Tingkat
pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3)
Tingkat
penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta
memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4)
Tingkat
analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5)
Tingkat
sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan
dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6)
Tingkat
evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan
peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu
gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada
dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan
beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan
sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang
sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
kognitif
No
|
Tingkatan
|
Deskripsi
|
1
|
Pengetahuan
|
Arti: Pengetahuan terhadap fakta,
konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
|
2
|
Pemahaman
|
Arti:pengertian terhadap hubungan
antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨ Mengungkapakan
gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri
¨ Membedakan
atau membandingkan
¨
Mengintepretasi data
¨
Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨ Menjelaskan
gagasan pokok
¨ Menceritakan
kembali dengan kata-kata sendiri
|
3
|
Aplikasi
|
Arti: Menggunakan pengetahuan
untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari
Contoh kegiatan:
|
4
|
Analisis
|
Artinya: menentukan bagian-bagian
dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar
bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
|
5
|
Sintesis
|
Artinya: menggabungkan berbagai
informasi menjadi satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai berbagai
gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v Membuat desain
v Menemukan solusi
masalah
v Menciptakan produksi
baru,dst.
|
6
|
Evaluasi
|
Arti: mempertimbangkan dan menilai
benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
|
- Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
Apabila melihat kenyataan yang ada
dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan
beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan
sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang
sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar
ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1)
tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4)
uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6)
menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
Cakupan yang
diukur dalam ranah Kognitif adalah:
1)
Ingatan
(C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan
menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
2)
Pemahaman
(C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai
dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan,
menginterprestasikan.
3)
Penerapan
(C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat
tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan
kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun,
menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4)
Analisis
(C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu
fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan,
mengkategorikan.
5)
Sintesis
(C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga
menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan,
menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
6)
Evaluasi
(C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu
situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan
tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai,
menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
Contohnya siswa dibina kompetensinya
menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis
jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang
bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-garis tegak lurus.
B.
Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh
Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
1.
Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran
agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru
pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke
dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing
(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex
Receiving atau attending (= menerima
atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri
pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.
Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau
nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri
kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil
belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin
wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan
jauh-jauh.
Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik
tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi,
ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing
(menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada
receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta
didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu
adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya.
Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil
belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri
peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari
nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai
denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah
dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik
mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden
Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
Characterization by evalue or calue
complex (=karakterisasi dengan suatu
nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi
dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada
sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif
tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia
telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta
didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif
pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta
didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut
disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan
masyarakat.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti
halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan
Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah
afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap.
Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif),
dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada
seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi
berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi
berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan
untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya,
melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan
dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering
digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang
diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan
sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
2.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua
kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4).
Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku
harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif
adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau
kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya
cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki
perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan
orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan
itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai
positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan
ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang
kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari
perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan
target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun
kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila
menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target
kecemasannya adalah tes.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang
penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan
moral.
1)
Sikap
Sikap
merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut
Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep,
atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah
atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif.
2)
Minat
Menurut
Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi.
Penilaian minat
dapat digunakan untuk:
·
mengetahui
minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
·
mengetahui
bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
·
pertimbangan
penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
·
menggambarkan
keadaan langsung di lapangan/kelas.
3)
Konsep
Diri
Menurut Smith,
konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya
seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa
juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari
rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini
penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat
bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian
konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian
diri adalah sebagai berikut:
·
Pendidik
mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
·
Peserta
didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
·
Pernyataan
yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
·
Memberikan
motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
·
Peserta
didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
4)
Nilai
Nilai menurut
Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan
bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek
spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai
cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan
perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas
nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang
diacu.
Definisi lain
tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek,
aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat,
sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu
objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat,
sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik
untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap
masyarakat.
5)
Moral
Piaget dan
Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral.
Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal
terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak.
Moral berkaitan
dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan
terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain,
membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral
juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan
perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif
lain yang penting adalah:
·
Kejujuran:
peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan
orang lain.
·
Integritas:
peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan
artistik.
·
Adil:
peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dalam memperoleh pendidikan.
·
Kebebasan:
peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang
bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan
domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat
|
Contoh kegiatan pembelajaran
|
Penerimaan (Receiving)
|
Arti : Kepekaan (keinginan
menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian
terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
– senang membaca puisi
– senang mengerjakan soal matematik
– ingin menonton sesuatu
– senang menyanyikan lagu
|
Responsi (Responding)
|
Arti : menunjukkan perhatian aktif
melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
-
mentaati
aturan
-
mengerjakan tugas
-
mengungkapkan perasaan
-
menanggapi pendapat
-
meminta maaf atas kesalahan
-
mendamaikan orang yang bertengkar
-
menunjukkan empati
-
menulis puisi
-
melakukan
renungan
-
melakukan
introspeksi
|
Acuan Nilai
( Valuing)
|
Arti : Menunjukkan konsistensi
perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih
menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
|
Organisasi
|
Arti : mengorganisasi nilai-nilai
yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai
memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan
suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana2
Tingkatan : konseptualisasi suatu
nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
|
2.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang
perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara
teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri
oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b)
pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar
pengamatan.
Ranah afektif
tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
Menerima (memperhatikan), meliputi
kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan
perhatian
Merespon, meliputi merespon
secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam
merespon, mematuhi peraturan
Menghargai, meliputi menerima suatu nilai,
mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
Mengorganisasi, meliputi
mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem
suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi
falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah
laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan dalam
instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan
Skala Beda Semantik.
Contoh Skala
Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
Saya senang balajar sejarah
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelajaran sejarah bermanfaat
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelajaran sejarah membosankan
|
|
|
|
|
|
|
|
Dst….
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh Skala Likert: Minat
terhadap pelajaran sejarah
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama
Pembelajar:_____________________________
No
|
Deskripsi
|
Ya/Tidak
|
1
|
Saya lebih suka membaca
dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
|
|
2
|
Banyak yang dapat saya ambil
hikmah dari buku yang saya baca
|
|
3
|
Saya lebih banyak membaca untuk
waktu luang saya
|
|
4
|
Dst…………..
|
|
- Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
- Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan
oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif
dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta
didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan
menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu,
maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif afektif itu adalah;
1)
peserta
didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh
kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para
ulama dan lain-lain;
2)
peseta
didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat
kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan
3)
peserta
didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah,
atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya,
tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat;
4)
peserta
didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku
disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat
5)
peserta didik dapat memberikan contoh-contoh
kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai,
tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti
pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh
sekolah, dan lain-lain
6)
peserta
didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam
belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin
dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain
7)
peserta
didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan,
dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lain-lain.
8)
peserta didik mengamalkan dengan konsekuen
kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam
menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
- Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Tabel
Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik
Tingkat
|
Deskripsi
|
I. Gerakan Refleks
|
Arti: gerakan refleks adalah basis
semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
– mengupas mangga dengan pisau
– memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda
– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
|
II Gerakan dasar (basic
fundamental movements)
|
Arti: gerakan ini muncul tanpa
latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
ditebak
Contoh kegiatan belajar:
|
III.GerakanPersepsi
(Perceptualobilities)
|
Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan
perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨ menangkap bola, mendrible bola
¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1
kali sambil menjaga keseimbangan
¨ memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨ membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨ melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola gerak tarian
¨ memukul bola tenis, pingpong
¨ membedakan bunyi beragam alat musik
¨ membedakan suara berbagai binatang
¨ mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨ membedakan berbagai tekstur dengan meraba
|
IV.Gerakan Kemampuan fisik (Psycal
abilities)
|
Arti: gerak lebih efisien,
berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh kegiatan belajar:
-
menggerakkan
otot/sekelompok otot selama waktu tertentu berlari jauh
-
mengangkat
beban
-
menarik-mendorong
-
melakukan
push-up
-
kegiatan
memperkuat lengan, kaki dan perut
-
menari
-
melakukan
senam
-
melakukan
gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
|
V. gerakan terampil (Skilledmovements)
|
Arti: dapat mengontrol berbagai
tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan
rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
|
VI. Gerakan indah dan kreatif
(Non-discursive communicatio)
|
Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
– gerak estetik:
gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
– gerakan kreatif:
gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
-
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
-
melakukan senam tingkat tinggi
-
bermain drama (acting)
-
keterampilan olahraga tingkat tinggi
|
3.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Ada beberapa ahli yang menjelaskan
cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil
belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968)
berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan
dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang
diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat
dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan
harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat
dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.
Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta
didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika
belajar.
Observasi dilakukan pada saat
proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan
kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi
dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk
uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk
diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban
hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik
adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang
telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper
and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
·
Tes
simulasi
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,
jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk
memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat
dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
·
Tes
unjuk kerja (work sample)
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi
dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat
menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala
penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur dapat
menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik,
baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar
yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan
dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada
ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan
ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes
unjuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang
dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur
(dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar
bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut,dll) atau
tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan
melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus secara
psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan
(jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor
dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur
meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan
perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi
auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Lembar
observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
|
Mengerjakan Tugas (On-Task)
|
Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan Guru
|
Damar
|
|
|
|
Ayu
|
|
|
|
Dst…..
|
|
|
|
Tabel Instrumen (alat) Asesmen
Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale
Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
|
|||||
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek
kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan
dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan
dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan
selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak
selesai
( 0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Berdiri tegak menghadap penonton
|
|
|
|
|
2.
|
Mengubah ekspresi wjah sesuai
dengan pernyataan
|
|
|
|
|
3.
|
Berbicara dengan kata-kata yang
jelas
|
|
|
|
|
4.
|
Tidak mengulang-ulang pernyataan
|
|
|
|
|
5.
|
Berbicara cukup keras untuk
didengar penonton
|
|
|
|
|
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL URAIAN (ESSAY)
Tes Essay
adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.
Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan
atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
a. Kelebihan Test
Essay yaitu:
- Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
- Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
- Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
- Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.
- Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
- Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
b. Kelemahan Test Essay yaitu:
- Sukar dinilai secara tepat.
- Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
- Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
- Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL PILIHAN GANDA
Tes pilihan
ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap
dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban benar yang telah disiapkan. Tes pilihan ganda adalah bentuk test yang
mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
a. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:
- Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
- Terstruktur dan petunjuknya jelas.
- Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
- Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
- Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan perhitungan nilainya, interaktif
b. Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:
- Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
- Sulit menemukan pengacau
- Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
- Kurang menggambarkan sebuah proses
- Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
- Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah dipelajari
- Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.
KAIDAH PENULISAN SOAL
1) Kaidah Penulisan Soal uraian
·
Soal sesuai indicator
·
Batas pertanyaan dan jawaban yang di harapkan sudah sesuai
·
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah atau tingkat sekolah
·
Menggunakan kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban
uraian
·
Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
·
Ada pedoman penskoranya
·
Table,gambar, grafik, peta atau yang sejenisnya disajikan
dengn jelas dan terbaca
·
Rumusan kalimat soal komunikatif
·
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
·
Tidak menggunakan kata/uangkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
·
Tidak menggunkan bahasa yang berlaku setempat/tabu
·
Rumusan soal tidak mengandung kata/uangkapan yang dapat
menyinggung perasaan siswa
2) Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
·
Soal harus sesuai dengan indicator
·
Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
·
Pokok soal jangan member arah jawaban yang benar
·
Pokok soal sebaiknya tidak mengandung pertanyaan yang
bersifat hegasi, apalagi negasi ganda
·
System soal sebaiknya bukan kalimat Tanya
·
Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna
ganda
·
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal
akan digunkan untuk daerah lain atau nasional
·
Butir soal jangan bergantung pada soal sebelumnya
·
Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
·
Pengecoh harus berfungsi
·
Pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi
materi
·
Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama
·
Pilihan jawaban mengandung peryataan”semua pilihan jawaban
di atas benar atau salah”
·
Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya
·
Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas dan berfungsi
SOAL POLIHA GANDA
Berilah tanda silang (X) pada huruf
A,B,C, atau D pada jawaban yang paling benar !
1)
al-Qur’an
adalah sumber ajaran Islam yang
A.
Pertama
B.
Kedua
C.
Ketiga
D.
Keempat
2)
ذَلِكَ اللْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى ... البقرة
Lanjutan ayat
di atas…
A.
لِلْمُحْسِيْنَ
B.
لِلْمُتَّقِيْنَ
C.
لِلنَّاسِ
D.
لِلْمُؤمِنِيْنَ
3)
Berdasarkan
QS al-Baqarah ayat 185 al-Qur’an
berfungsi sebagai…
A.
Peringatan
B.
Pelajaran
C.
Petunjuk
D.
Peenyelamat
4)
لاَ رَيْبَ فِيْهِ Terjemahanya….
A.
Tidak ada kesalahan didalam al-Qur’an
B.
Tidak ada kesulitan di dalam al-Qur’an
C.
Tidak
ada keraguan di dalam al-Qur’an
D.
Tidak
ada kelemahan di dalam al-Qur’an
5)
Potongan ayat yang mengandung makana tentang fungsi al-Qur’an pada
ayat di atas adalah..
A.
مُبَارَكُ
B.
أُنْزَلْنَاهُ
C.
مُصَدِّقٌ
D.
لِتُنْذِرَ
6)
Selaian
berisi kisah-kisah umat terdahulu dalam al-Qur’an juga terdapat tamsil sebagai
peringatan bagi manusia. Tamsil artinya …
A. Perkataan
B. Permasalahan
C.
Perdebatan
D. Permisalan
7)
Petunjuk
al-Qur’an ada yang bersifat mujmal ada juga yang bersifat tafsil. Mujmal
maksudnya..
A.
Global
B.
Terperinci
C.
Tidak jelas maksudnya
D.
Tidak bias difahami
8)
Dalam
al-Qur’an banyak terkandung kisah-kisah umat masa lalu, tujuan utamanya untuk…
A.
Menambah pengetahuan
B.
Menghibur manusia
C.
Menjadi ibrah dan peringatan
D.
Menakut-nakuti manusia
9)
Salah
satu tokoh dalam kisah umat masa lau yang dapat dipetik pelajaran sebagai
teladan yang baik…
A.
Kisah Qarun
B.
Kisah
Abu Lahab
C.
Kisah
Qabil
D.
Kisah
Luqman al-Hakim
10) Tujuan utama di turunkanya al-Qur’an kepada umat manusia adalah…
A.
Agar
manusia selamat dan bahagia di dunia
B.
Agar
manusia selamat dunia dan akhirat
C.
Agar
manusia tahu cara mencari rezeki
D.
Agar manusia
mau membacanya tiap hari
SOAL URAIAN
1)
Jelaskan
keudukuan al-Qur’an dala Islam !
2)
Perhatikan
ayat berikut!
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْ أَطِيْعُوْا ا اللَّهُ وَ
أَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَ اُلِى لأَمْرِ مِنْكُمْ
a.
Terjemahkan
ayat tersebut !
b.
Jelaskan
kata yang bergaris bawah pada ayat tersebut!
3)
Jelaskan fungsi al_qur’a sebagai petunjuk bagaimana !
4)
Jelaskan fungsi al_qur’a sebagai sumber pokok ajaran Islam!
5)
Jelaskan fungsi al_qur’a sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut !
mantap penjelasannya
BalasHapusmakasih banyak atas materinya..
BalasHapusmakasih penjelasan materinya.. bisa minta daftar sumber bacaannya gak ya?
BalasHapusterimakasih atas penjelasannya.. boleh minta sumber referensinya?
BalasHapusMakasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi. Ijin copy
BalasHapusIzin copy, Terima kssih
BalasHapusterimkasih materinya
BalasHapusboleh minta dafusnya nggak min
BalasHapusSeandainya seorang murid dapat nilai buruk dalam satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran apakah guru bisa menambah nilainya?
BalasHapusTerima kasih ilmunya, semoga berkah yaa
BalasHapusMaaf mau bertanya, kalau soal essai/uraian (misalnya di pelajaran bahasa inggris membuat paragraf/teks) masuk ke dalam penilaian kognitif atau psikomotor?
BalasHapusmaterinya sangant membantu, terima kasih admin
BalasHapus